Back

Rupiah Menguat Tipis saat Bursa Libur, USD/IDR Konsolidasi Dekat 16.300, Waspadai Negosiasi Dagang AS-Tiongkok

  • Rupiah menguat tipis ke 16.301 meski bursa Indonesia tutup untuk cuti bersama, dengan pergerakan USD/IDR masih terkunci dalam rentang 16.250-16.350 sejak akhir Mei.
  • Data Nonfarm Payrolls AS capai 139.000, memicu ekspektasi dua kali penurunan suku bunga The Fed tahun ini di tengah tekanan politik dari Presiden Trump.
  • Dialog dagang AS-Tiongkok kembali dibuka, dengan pertemuan lanjutan dijadwalkan hari ini, berpotensi mendukung Dolar AS dan sentimen pasar global.

Bursa keuangan Indonesia masih ditutup pada hari Senin dalam rangka cuti bersama, namun nilai tukar Rupiah Indonesia (IDR) terhadap Dolar AS (USD) tetap mencatatkan penguatan tipis di pasar spot. Menjelang pembukaan sesi Eropa, Rupiah diperdagangkan di level 16.301, menguat sekitar 14 poin atau 0,09% dibandingkan level pembukaan di 16.316.

Pergerakan pasangan mata uang USD/IDR masih terkunci dalam pola konsolidasi sempit antara 16.250-16.350 sejak akhir Mei, mencerminkan sikap tunggu dan lihat para pelaku pasar menjelang kepastian arah kebijakan global serta respons otoritas domestik usai libur panjang.

Dari sisi eksternal, sentimen pasar didorong oleh dua perkembangan utama: data ketenagakerjaan Amerika Serikat dan potensi membaiknya hubungan dagang AS-Tiongkok.

Data NFP dan Spekulasi Penurunan Suku Bunga

Menurut laporan Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS). ketenagakerjaan AS menunjukkan penambahan Nonfarm Payrolls (NFP) sebesar 139.000 pada bulan Mei, melampaui ekspektasi pasar di 130.000, . Meski demikian, data April direvisi turun menjadi 147.000 dari 177.000, mengindikasikan pelonggaran dalam momentum pasar kerja. Tingkat pengangguran tetap di 4,2% sesuai ekspektasi, namun partisipasi angkatan kerja turun tipis ke 62,4%. Upah rata-rata per jam tahunan bertahan di 3,9%, lebih tinggi dari prakiraan 3,7%, menandakan tekanan inflasi berbasis upah masih ada.

Menanggapi situasi tersebut, Presiden AS Donald Trump kembali menekan Ketua The Fed Jerome Powell melalui media sosial, mendesak penurunan suku bunga. "Hampir tidak ada inflasi (lagi)... Biaya pinjaman seharusnya jauh lebih rendah," ujar Trump lewat Truth Social, sembari menyebut Powell telah "membebani" ekonomi.

Pasar kini telah mengkalibrasi ulang ekspektasi kebijakan moneter The Fed. Setelah rilis data tenaga kerja terbaru, para pelaku pasar memperhitungkan sepenuhnya dua kali pemangkasan suku bunga tahun ini, dengan suku bunga acuan diprakirakan turun hingga 3,8% pada akhir 2025.

Negosiasi Dagang AS-Tiongkok Kembali Dibuka

Sinyal positif lainnya datang dari geopolitik. Pada Kamis lalu, Presiden Trump dan Presiden Xi Jinping sepakat untuk melanjutkan dialog perdagangan setelah melakukan percakapan via telepon. Menteri Keuangan AS, Scott Bessent dan dua pejabat tinggi lainnya dijadwalkan bertemu dengan delegasi Tiongkok pada Senin ini untuk menghidupkan kembali perundingan guna meredakan ketegangan tarif yang selama ini membebani perdagangan global.

Jika perundingan berjalan positif, risiko global berpotensi mereda, memperkuat posisi Dolar AS secara luas terhadap mata uang pasar berkembang termasuk Rupiah.


PERANG DAGANG AS-TIONGKOK FAQs

Secara umum, perang dagang adalah konflik ekonomi antara dua negara atau lebih akibat proteksionisme yang ekstrem di satu sisi. Ini mengimplikasikan penciptaan hambatan perdagangan, seperti tarif, yang mengakibatkan hambatan balasan, meningkatnya biaya impor, dan dengan demikian biaya hidup.

Konflik ekonomi antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok dimulai pada awal 2018, ketika Presiden Donald Trump menetapkan hambatan perdagangan terhadap Tiongkok, mengklaim praktik komersial yang tidak adil dan pencurian kekayaan intelektual dari raksasa Asia tersebut. Tiongkok mengambil tindakan balasan, memberlakukan tarif pada berbagai barang AS, seperti mobil dan kedelai. Ketegangan meningkat hingga kedua negara menandatangani kesepakatan perdagangan AS-Tiongkok Fase Satu pada Januari 2020. Perjanjian tersebut mengharuskan reformasi struktural dan perubahan lain pada rezim ekonomi dan perdagangan Tiongkok serta berpura-pura mengembalikan stabilitas dan kepercayaan antara kedua negara. Pandemi Coronavirus mengalihkan fokus dari konflik tersebut. Namun, perlu dicatat bahwa Presiden Joe Biden, yang menjabat setelah Trump, mempertahankan tarif yang ada dan bahkan menambahkan beberapa pungutan lainnya.

Kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih sebagai Presiden AS ke-47 telah memicu gelombang ketegangan baru antara kedua negara. Selama kampanye pemilu 2024, Trump berjanji untuk memberlakukan tarif 60% terhadap Tiongkok begitu ia kembali menjabat, yang ia lakukan pada tanggal 20 Januari 2025. Perang dagang AS-Tiongkok dimaksudkan untuk dilanjutkan dari titik terakhir, dengan kebijakan balas-membalas yang mempengaruhi lanskap ekonomi global di tengah gangguan dalam rantai pasokan global, yang mengakibatkan pengurangan belanja, terutama investasi, dan secara langsung berdampak pada inflasi Indeks Harga Konsumen.

Harga Minyak Mentah Hari ini: Harga WTI Bearish pada Pembukaan Sesi Eropa

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) turun pada hari Senin, di awal sesi Eropa. WTI diperdagangkan di $63,82 per barel, turun dari penutupan hari Jumat di $64,10
Baca selengkapnya Previous

EUR/JPY Melemah di Bawah 165,00 karena Dolar AS Melemah seiring Meningkatnya Ketidakpastian Perdagangan

Pasangan mata uang EUR/JPY melemah ke dekat 164,85, menghentikan rekor kemenangan dua hari selama awal sesi Eropa pada hari Senin. Yen Jepang (JPY) menguat terhadap Euro (EUR) di tengah meningkatnya penerimaan bahwa Bank of Japan (BoJ) akan terus menaikkan suku bunga
Baca selengkapnya Next